Satukanal, Nasional– Lebaran, atau Idul Fitri, merupakan salah satu momen yang paling dinanti-nantikan oleh masyarakat Indonesia. Selain sebagai waktu untuk saling bermaaf-maafan, Lebaran juga identik dengan budaya ‘bagi uang saat lebaran’, yaitu pemberian tunjangan hari raya (THR) berupa sejumlah uang dari orang dewasa kepada anak-anak.
Tradisi salam tempel ini sebenarnya sudah ada sejak lama, dan pertama kali dipopulerkan oleh Khalifah Dinasti Fatimiyah di Afrika Utara pada abad pertengahan. Saat itu, tradisi ini melibatkan pemberian uang, pakaian, atau permen kepada anak-anak muda dan masyarakat umum saat hari pertama perayaan Idul Fitri.
Kemudian, pada akhir era Kesultanan Utsmaniyah atau sekitar lima abad kemudian, tradisi bagi uang saat Lebaran ini mengalami perubahan, di mana pemberian hanya dalam bentuk uang tunai dan dibagikan untuk lingkup keluarga saja.
Pemberian uang kepada anak-anak saat Idul Fitri memiliki pengaruh budaya Arab dan Tionghoa. Namun, di Indonesia, tradisi salam tempel ini telah mengalami akulturasi di berbagai wilayah, seperti di Betawi yang mengenal istilah ‘nanggok’, Surabaya yang memiliki tradisi ‘galak gampil’, dan Minang yang memiliki ‘manambang’.
Dilansir dari RuangBerita. Menurut Dosen Ilmu Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang (Unnes), Didi Purnomo, Bagi uang saat lebaran untuk anak-anak memiliki tiga makna penting.
Pertama, adalah agar anak-anak belajar mengelola uang dan menabung untuk masa depan. Kedua, sebagai bentuk penghargaan atau hadiah dari orangtua kepada anak-anak mereka yang telah mencoba menjalankan ibadah saat Ramadhan.
Pemberian uang saat lebaran diharapkan dapat membuat anak semakin termotivasi untuk melaksanakan ibadah serupa pada Ramadhan yang akan datang. Ketiga, pemberian salam tempel diharapkan dapat menjadi contoh bagi anak-anak terkait perbuatan berbagi kepada sesama atau zakat.
Budaya pemberian bagi uang saat lebaran untuk anak-anak masih terus dilakukan oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini. Tradisi ini juga dibawa oleh para imigran dari Asia ke Nusantara lewat jalur dagang maupun agama.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas dalam budaya Indonesia, di mana saling berbagi dan menghargai sesama menjadi hal yang sangat dijunjung tinggi.