
Satukanal.com, Batu – Musim panen bawang merah yang terjadi di berbagai daerah beberapa waktu lalu membuat stok barang sempat terhenti. Namun, hal tersebut tak berimbas kepada turunnya harga pasaran seperti biasanya. Permintaan yang besar karena Ramadan, menolong petani dari masa sulitnya belakangan ini.
Kesulitan tersebut lantaran biaya perawatan yang lebih besar karena musim hujan dan penjualan yang juga tidak selancar kondisi normal. Selain itu cuaca ektrem juga tentu berefek pada tanaman ini.
“Semua panen secara bersamaan seperti Bima dan Nganjuk. Sekarang kebanyakan pasar bawang merah dari Nganjuk semua, karna terlalu banyak barang tak seimbang dengan permintaan harganya sempat turun,” terang Siswoyo, salah satu pedagang bawang merah di Pasar Wagir, Kabupaten Malang hari ini (30/4).
Bawang merah tidak boleh terlalu banyak menyerap air dengan kadar tinggi. Hal tersebutlah yang membuat petani susah. Biaya perawatan dan tenaga yang dikeluarkan dua kali lebih besar dibandingkan waktu normal. “Kalau dulu biasa nyemprot sekali dalam seminggu. Sekarang bisa sampai dua hari sekali,” ucapnya.
Jika telat melakukan penyemprotan maka akan berimbas pada kebusukan bawang. Bahkan, tanaman yang sudah memasuki umur akan berbuah juga bisa mati jika terkena kabut. “Penyemprotannya tetap pakai pertisida. Otomatis biayanya pasti lebih besar,” katanya.
Kini, harga bawang merah dipasaran dibanderol Rp 27 ribu setiap kilogramnya. Berbeda signifikan dari beberapa minggu lalu yang per satu kilogramnya hanya dihargai Rp 20 ribu. “Semoga bisa tetap stabil meskipun setelah bulan puasa. Karena ini sangat membantu,” tutupnya.
Pewarta : Wildan Agta Affirdausy
Editor : Redaksi Satukanal