Satukanal.com, Malang – Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang mulai melayani proses perekaman visa biometrik kepada Calon Jamaah Haji (CJH) 2020.
Perekaman tersebut melalui aplikasi Saudi Visa Bio yang dapat diakses melalui smartphone. Dalam aplikasi ini CJH harus melewati beberapa proses mulai dari pendaftaran fitur biometrik wajah, sidik jari, dan fotokopi paspor.
Sayangnya, dalam proses melayani CJH, terdapat kendala yang ditemui oleh Kemenag Kota Malang, yakni fasilitas alat perekam atau smartphone yang tak memadai.
“Permasalahan yang ada, ada orang yang sidik jarinya halus. Kemarin ada empat jamaah, pasangan suami istri, sangat halus (sidik jari) dan tidak bisa terekam dengan spek handphone yang sementara kita miliki,” jelas Mukhlis selaku Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Kota Malang, Kamis (30/3/2023).
Akibat fasilitas perekam yang tak memadai, hingga saat ini dari 1093 calon jamaah, baru terdapat 30 orang yang berhasil terdeteksi oleh aplikasi Saudi Visa Bio. Bahkan terdapat CJH yang sempat gagal di hari sebelumnya, harus kembali lagi untuk melakukan perekaman sidik jari.
“Bahkan kemarin ada jamaah yang membatu jamaah lain. Cuma kalau handphone sendiri ada batas perekaman, hanya bisa membatu lima orang. Tapi kalau dari Kemenag bisa didaftarkan dulu dan bisa sampai 500 orang yang direkam,” lanjutnya.
Kendati demikian ia meminta supaya CJH yang tak terekam sidik jarinya untuk tidak usah risau. Tuturnya, mereka dapat meminta surat keterangan dari rumah sakit bahwa sidik jari tak dapat terekam.
“Solusi terakhir, minya keterangan dari rumah sakit bahwa sidik jari tak bisa terekam. Untungnya kita punya banyak relawan dan pokoknya spek handphone memadai, untuk merekam maka saya minta tolong,” lanjut Mukhlis.
Selain itu, juga ditemukan kendala lain saat perekaman melalui aplikasi Saudi Visa Bio, yakni tak sinkron antara foto saat perekaman dan foto yang ada di paspor. Menurut Mukhlis, permasalahan ini banyak ditemukan di ibu-ibu CJH.
“Pakaian yang dipakai ketika pasporing dan ketika foto itu menjadi masalah, mungkin karena kurang canggihnya alat. Kalau alatnya canggih kan yang penting retina mata sama alis terdeteksi, bukan kerudungnya,” tuturnya.
Mukhlis juga menambahkan bahwa hingga kini belum ada bantuan dari pemerintah terkait fasilitas penunjang perekaman tersebut. Meskipun demikian pihaknya mengaku akan segera mecari jalan keluar.
“Bantuan fasilitas belum ada. Rapat kemarin katanya dicoret sama DPR, tapi apa benar dicoret, saya tidak tahu. Kita sebenarnya mendahului, kita dijanjikan akan ada dropping alat berupa handphone untuk rekam sidik jari untuk kepentingan Saudi Visa Bio,” jelasnya.
Sementara itu, Suwarti selaku salah satu CJH dari Jalan Sumpil, Kecamatan Blimbing juga mengungkapkan kesulitannya selama perekaman.
Ia mengaku sudah mendatangi Kemenag Kota Malang pada beberapa hari yang lalu untuk melukan perekaman namun gagal. Akhirnya ia memutuskan kembali pada hari ini, Kamis (30/3/2023) dan sudah mencoba hingga tujuh kali.
“Kemarin sudah dua jam, kesulitannya di sidik jari, cuma muter aja di aplikasinya, atau internetnya (lamban). Hari ini kesini lagi, dan coba lagi sampai tujuh kali dari sekitar jam 08.00 WIB tapi tetap tidak bisa. Sama bapaknya (suami) juga sama, sampai kesal,” serunya.
Pewarta: Lutfia
Editor : Redaksi Satukanal