
SATUKANAL.com, KEDIRI – Inovasi tidak berhenti dari seorang Mujiono (53), mantan Kepala Desa (Kades) dua periode Desa Sumbercangkring Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri, untuk mengembangkan kerajinan bambu bernilai ekonomi tinggi sejak lima tahun lalu.
Inspirasi tercipta juga dari potensi bahan baku bambu yang melimpah di lingkungan desanya. Potensi tersebut diangkat agar menjadi sebuah pilihan pekerjaan yang didominasi sektor pertanian. Selain itu keberadaan pengangguran yang dialami kian meningkat di kalangan para pemuda desa.
“Selama ini kegunaan bambu hanya sebagai pagar, penahan tanaman, dan lanjaran. Harapannya dengan melimpahnya bambu, dapat menghasilkan karya bagus bernilai tinggi,” ungkap Mujiono, kepada Satukanal.com, Selasa (19/01).
Merintis sejak tahun 2015, dirinya beruntung mempunyai warga yang berkompeten dengan latar belakang pengrajin tradisional. Keberuntungan saat masih menjadi Kepala Desa mendatangkan narasumber berpengalaman. Dan pengembangan kerajinan masih bertahan hingga sekarang.
Bermacam-macam produk kerajinan yang telah dihasilkan Mujiono seperti produk mebel meja, kursi, almari, kitchen set, tempat tidur, dan berbagai produk anyaman hingga Gazebo.
“Bahan baku di lingkungan masih tercukupi, kecuali permintaan gazebo. Sebab yang diminta bambu besar jenis Pethung, di desa kami cenderung kurang besar. Jadi mengambil luar daerah seperti Kasembon Malang dan Trenggalek,” terangnya.
Selama penjualan dirinya mengatakan telah melakukan pengiriman ke berbagai daerah seperti Kalimantan, Bali, dan NTT. Harganya pun juga bervariasi, mulai dari 1,5 juta sampai 3,5 juta per unit.
Dalam satu bulan dirinya dapat menghasilkan sebanyak 4 unit. Dikatakan proses pengerjaan dilakukan dengan sangat menjaga kualitas pemesanan.
“Sebulan mengerjakan sebanyak 4 unit. Satu unit sejumlah satu set meja, kursi panjang, dan hiasan sudut. Dan dikerjakan oleh 2 orang. Range harga anyaman 2,5 juta hingga 3,5 juta. Sedangkan untuk produk anyaman kisaran 1,5 juta, menyesuaikan bahan dan bentuk,” ungkapnya.
Mujiono mengaku selama satu bulan mendapatkan omset penjualan mencapai 15 juta sampai 20 juta. Namun, di masa pandemi ini juga memukul produktifitas penjualan. Penjualan mengalami penurunan sebanyak 60 hingga 70 persen.
“Pandemi sangat berpengaruh sekali, omset berkurang, tenaga kerja juga terpaksa dikurangi,” tambahnya.
Usaha kerajinan Mujiono dengan nama usaha ‘Pawon Logender’, mengaku akan terus mengembangkan serta meningkatkan kualitas kerajinan bambu. Dirinya berharap untuk bisa mengirim keluar negeri (ekspor), serta dapat memberikan inovasi ke masyarakat desa.
Pewarta: Anis Firmansah
Editor: Redaksi Satukanal