Satukanal.com, Nasional– Difteri pada anak patut untuk dikhawatirkan karena merupakan salah satu penyakit menular yang bisa disebarkan melalui batuk, bersin, ataupun luka terbuka.
Menungkil dari laman resmi RSUP Dr.Sardjito, Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang menular, disebabkan oleh corynebacterium diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudomembran pada mukosa saluran pernafasan atau kulit.
Difteri sendiri termasuk salah satu penyakit yang berbahaya yang banyak terjadi pada anak-anak. Bahkan, menurut laporan ada 10 persen kasus dietri bisa menimbulkan kematian.
Pada abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak – anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah.
Namun, sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi yang diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut.
Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini. Nah, agar anda lebih waspada ketahui sejumlah gejala dari difetri serta pencegahan yang bisa dilakukan:
Gejala Difteri
Masa inkubasi dari bakteri Corynabacterium Diphteria umumnya 2-5 hari. Tanda gejala pada pasien dengan Difteri pada Anak antara lain :
- Timbul demam dengan suhu sekitar 38oC
- Kerongkongan sakit dan suara parau
- Perasaan tidak enak, mual muntah dan lesu
- Sakit kepala
- Rinorea, berlendir dan kadang-kadang bercampur darah
Pencegahan Difteri
Pencegahan yang dapat dilakukan pada kasus Difteri pada Anak meliputi :
- Semua kasus difteri dirujuk ke rumah sakit dan dirawat di ruang isolasi
- Penguatan imunisasi rutin difteri sesuai dengan program imunisasi nasional
- Penemuan dan penatalaksanaan dini kasus difteri
- Pengambilan spesimen dari kasus dan kasus kontak erat kemudian dikirim ke laboratorium rujukan difteri untuk dilakukan pemeriksaan kultur atau PCR
- Menghentikan transmisi difteri dengan pemberian prophilaksis terhadap kontak dan karier
- Melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah KLB difteri
Faktor Risiko Difteri
Risiko penularan Difteri pada Anak yang belum mendapatkan vaksinasi. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko penularan difteri yaitu:
- Berkunjung ke daerah dengan cakupan imunisasi difteri yang rendah
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS
- Gaya hidup yang tidak sehat
- Lingkungan dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk
- Anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang tua di atas usia 60 tahun
- Tinggal di pemukiman padat penduduk
- Bepergian ke daerah yang tinggi kasus difteri.
Pengobatan Difteri
Difteri adalah salah satu penyakit yang berpeluang fatal sehingga perlu diobati sesegera mungkin dan secara agresif. Pertama-tama, dokter perlu memastikan jalan napas tidak terhalang atau tersumbat.
Dalam beberapa kasus, dokter perlu memasang tabung pernapasan di tenggorokan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka sampai peradangan pada jalan napas berkurang.
Setelah itu, dokter akan berfokus untuk membasmi bakteri penyebab difteri dengan memberikan perawatan berikut:
1. Antibiotik
Pemberian antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin dapat membantu membunuh bakteri dan membersihkan infeksi. Antibiotik juga dapat mencegah penularan dari pengidap difteri ke orang lain.
2. Antitoksin
Dokter juga akan memberikan obat untuk menetralkan racun difteri dalam tubuh (antitoksin). Obat ini diberikan melalui suntikan ke pembuluh darah atau otot.
Sebelum memberikan antitoksin, dokter perlu melakukan tes alergi kulit untuk memastikan orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap antitoksin.
Jika seseorang memiliki alergi, kemungkinan besar dokter tidak akan memberikan antitoksin dan mencari pengobatan alternatif lain.
Anak-anak dan orang dewasa yang mengidap difteri sering kali perlu dirawat di rumah sakit dan disolasi di unit perawatan intensif.
Ini karena, Difteri pada Anak dapat menyebar dengan mudah kepada siapa saja yang tidak divaksinasi penyakit tersebut.
Itulah ulasan mengenai Difteri pada Anak yang perlu diwaspadai.