Satukanal.com, Malang – Dua rumah warga di Jalan S. Supriadi gang VII, Kelurahan Sukun, Kota Malang ambles. Kejadian tersebut bermula saat hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur Kota Malang pada Jumat (24/3/2023).
Dua rumah yang terdampak ialah milik Sulistyowati (42) dan Supardi yang masih satu keluarga. Posisi kedua rumah tersebut berjarak sekitar tiga meter dari sungai.
Seluruh bagian rumah milik Sulistyowati ambles pada sekitar pukul 17.30 WIB. Ia menjelaskan sebelum seluruh bagian rumahnya ambles, ia bersama tiga orang anaknya tengah terlelap. Ketika bangun, ia mendapati air telah setinggi jendela bagian luar rumahnya, namun tak sampai masuk ke dalam rumah. Ia menambahkan, bahwa ketinggian dari sungai ke rumahnya sekitar 10 meter.
“Air sampai di bawah jendela rumah saya, biasanya tidak pernah segitu. Pas jam 13.30 WIB saya tidur sama anak-anak, lalu sekitar jam 16.00 sampai 16.30 WIB ada yang bangunin karena air sudah naik. Anak-anak saya taruh di rumah ibu, dan ambil barang-barang yang bisa diselamatkan,” jelas Sulistyowati saat ditemui pada Sabtu (25/3/2023).
Ketika menyelamatkan barang-barang miliknya, ia sempat mendengar bunyi retakan dari langit-langit rumahnya. Sayangnya tak banyak barang yang dapat ia selamatkan. Bahkan alat-alat untuk membuat kue miliknya turut menyatu dengan tanah. Hingga pada pukul 17.30 WIB, rumahnya pun ambles secara beruntun.
“Awalnya dari rumah bagian tengah dulu yang ambles, terus sebelah timur, dan depan yang ada pintunya, baru yang belakang. Tapi saat itu airnya sudah mulai surut dan hujan mulai reda. Bunyi ‘krek’ itu dari atap, langsung pecah dari yang dekatnya wuwung, sudah lebar,” jelas Sulistyowati.
Ia menduga, kejadian tersebut tak hanya disebabkan oleh debit air sungai yang tinggi. Pasalnya di seberang sungai terdapat warga Kelurahan Kasin yang menambah bangunan baru di bagian rumahnya. Di mana bangunan tersebut menjorok hingga masuk ke badan sungai. Terlebih kawasan tersebut belum sempat diplengseng oleh Pemerintah Kota Malang.
“Rumah yang menjorok ke sungai itu membuat aliran air kebanting dan lari ke sini (rumah Sulistyowati dan Supardi). Dulu pas belum ada bangunan itu, airnya lancar jalannya. Setelah ada bangunan itu, tiap tahun ya ada (air meluap) tapi tidak sampai seperti ini,” lanjutnya.
Saat ini ia bersama keluarga harus mengungsi ke rumah saudaranya yang masih berada satu lokasi dengannya. Beruntungnya, ia mendapatkan tawaran untuk menempati sebuah ruko di Jalan Perkutut Utara.
“Sementara ini tinggal di rumah adik dulu. Karena rumahnya sempit, saya disuruh tinggal dalam ruko dan sudah dikasih kunci. Disuruh nempatin sampai kapanpun, tapi ya mungkin sambil mau berbenah rumah ini pelan-pelan. Nanti kembali ke sini lagi,” ucap Sulistyowati.
Bahkan Sulistyowati juga mengaku, hingga saat ini belum ada bantuan dari Pemerintah Kota Malang. Terlebih meskipun berada di kawasan aliran sungai, namun kediaman miliknya bukanlah bangunan ilegal dan telah bersertifikat.
“Cuma disurvei, difoto-foto, tapi tidak ada yang gerak dan belum ada bantuan. Ini rumahnya kan juga rumah resmi, ada sertifikat, tapi ya tidak ada bantuan,” jelasnya.
Sementara itu, bencana banjir dan longsor juga menyebabkan bagian dapur milik Supardi ambles. Beruntungnya tidak ada korban jiwa akibat peristiwa tersebut.
Berdasarkan pantauan dari Satukanal.com, pada Sabtu (25/3/2023) siang hari, telah ramai warga yang turut membereskan kepingan rumah milik Sulistyowati dan Sapardi.
Pewarta: Lutfia
Editor: Redaksi Satukanal
