Satukanal.com, Nasional– Pernahkah kamu mendengar istilah Sorry Syndrome?
Kata maaf sering kali tidak hanya diucapkan ketika seseorang sedang merasa bersalah. Kata maaf diucapkan dan disampaikan dalam hal-hal kecil, bahkan ketika seseorang tak berbuat kesalahan apapun. Apakah itu bisa disebut Sorry Syndrome?
Seperti contoh, ketika hendak meminjam suatu barang, kamu berkata, “Maaf, apakah saya boleh meminjamnya?” kalimat seperti ini kerap di dengar. Sebenarnya apa itu sindrom sorry? Yuk simak penjelasannya di bawah ini.
Keseringan Minta Maaf, Apakah Terkena “Sorry Syndrome”?
Apa itu sorry syndrome?
Sorry syndrome adalah keharusan untuk meminta maaf atas hal-hal yang bahkan berada di luar kendali diri sendiri. Dengan kata lain, kamu mengucapkan kata maaf meskipun tidak bersalah.
Dilansir dari The News, seseorang yang kerap meminta maaf akan mengembangkan sindrom ini karena cenderung merasa bahwa dirinya sendiri adalah penghalang, beban, gangguan, sehingga membuatnya perlu sering-sering meminta maaf.
Ungkapan kata maaf juga sering dilakukan untuk mencari penerimaan. Banyak permintaan maaf yang berlebihan dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan dan pengaruh sosial.
Jenis kelamin juga memainkan peran mengapa beberapa orang mengembangkan sindrome ini.
Wanita dilaporkan lebih mungkin mengalami sindrom sorry daripada pria. Hal ini bermuara pada perbedaan tumbuh kembang anak laki-laki dan perempuan.
Anak laki-laki biasanya didorong untuk menunjukkan kemandirian dan dihargai serta percaya diri. Sedangkan anak perempuan cenderung memiliki harapan sosial tambahan yang ditempatkan pada mereka, seperti percaya diri tapi tidak sombong.
Tanda-tanda
Dilansir dari The News, berikut ini beberapa tanda yang menunjukkan bahwa kamu mengalami sorry syndrome.
- Meminta maaf untuk hal-hal yang tidak dapat dikendalikan
- Meminta maaf atas tindakan orang lain
- Meminta maaf atas interaksi normal sehari-hari, misalnya berlari melewati seseorang yang duduk di sekitar kamu
- Meminta maaf kepada benda mati
- Meminta maaf untuk hal-hal yang tidak salah
- Meminta maaf ketika kamu mencoba untuk bersikap tegas.
Cara mengurangi kata maaf
Jika kamu merasa terganggu dengan kebiasaan meminta maaf yang berlebihan, kamu bisa mengganti kata maaf itu dengan kata lainnya tanpa mengurangi kesopanan.
Kamu bisa mengganti kata maaf dengan kata terima kasih. Seperti contoh, “Maaf, saya terlambat datang,” diganti dengan, “Terima kasih sudah menunggu”.
Atau ketika kamu menelepon seseorang yang sedang sibuk, cobalah untuk mengatakan, “Saya menghargai kamu mengangkat telepon saya meskipun sedang sibuk”.
Selain mengganti kata maaf dengan terima kasih, kamu juga bisa mengurangi kata maaf dengan memvalidasi perasaan orang lain, yaitu dengan memberikan empati kepada seseorang yang sedang berbicara dengan kamu.
Misalnya, dengan menyampaikan kata, “Itu pasti sangat sulit. Saya di sini untuk membantumu jika membutuhkan sesuatu”.
Itulah penjelasan mengenai Sorry Syndrome, jadi apakah kamu salah satunya?
(putri/adinda)